
Generasi Z di Indonesia — mereka yang lahir antara 1997 hingga 2012 — menunjukkan pola kebiasaan merokok yang berbeda dari generasi sebelumnya. Jika dulu rokok konvensional mendominasi, kini vape (rokok elektrik) menjadi tren baru di kalangan anak muda. Meski dianggap lebih modern dan “aman,” penggunaan vape menimbulkan kekhawatiran baru, terutama terkait kesehatan dan potensi kecanduan nikotin.
Penurunan Rokok Konvensional
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi perokok pada usia 10-18 tahun di Indonesia mencapai 9,1%, naik dari 7,2% pada 2013. Namun, survei BPS 2022 menunjukkan mulai ada penurunan tipis, dengan 8,4% remaja tercatat sebagai perokok aktif.
Faktor penyebab menurunnya rokok konvensional antara lain:
-
Kampanye anti rokok yang semakin masif
-
Peningkatan harga rokok akibat cukai yang tinggi
-
Stigma sosial yang mulai melekat terhadap perokok muda
Lonjakan Penggunaan Vape
Di sisi lain, penggunaan vape di kalangan Gen Z Indonesia justru meningkat tajam. Data dari Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) menyebutkan:
-
Pada 2021, ada sekitar 2,2 juta pengguna vape di Indonesia, dan mayoritasnya adalah anak muda usia 15-24 tahun.
-
Survei Kementerian Kesehatan 2022 menunjukkan bahwa 4,5% remaja Indonesia usia 10-18 tahun telah mencoba vape.
-
Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung menjadi pusat komunitas vaping anak muda.
Alasan Gen Z Memilih Vape
-
Persepsi lebih aman: Banyak yang menganggap vape tidak sebahaya rokok konvensional.
-
Pilihan rasa yang beragam: Lebih dari 65% pengguna vape remaja menyebutkan rasa buah, mint, dan dessert sebagai alasan utama memilih vape.
-
Gaya hidup & media sosial: Influencer, YouTuber, dan TikTokers sering mempromosikan vape sebagai tren “anak gaul” yang keren dan kekinian.
Risiko Kesehatan yang Mulai Terlihat
Meski terlihat “modern,” dampak negatif vape tidak bisa diabaikan:
-
Nikotin dalam vape tetap menyebabkan kecanduan.
-
Beberapa kasus vape lung injury mulai muncul di Indonesia.
-
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2022) menunjukkan bahwa penggunaan vape secara rutin meningkatkan risiko iritasi paru hingga 30% lebih tinggi dibanding orang yang tidak menggunakan vape.
Upaya Pemerintah Indonesia
-
Penerapan cukai vape: Pemerintah telah mengenakan cukai terhadap liquid vape sebesar 57% sejak 2018.
-
Pembatasan iklan: Iklan vape di media sosial mulai diawasi ketat oleh Kominfo.
-
Pelarangan penjualan ke bawah umur: Namun, pengawasan di lapangan masih menjadi tantangan besar.
Generasi Z di Indonesia memang mulai meninggalkan rokok konvensional, tetapi berpindah ke rokok elektrik (vape) yang tidak kalah berisiko. Edukasi publik dan pengawasan terhadap penjualan vape harus diperkuat agar generasi muda tidak terjebak dalam kebiasaan yang bisa merusak kesehatan mereka di masa depan.