“Selain Donatur, Dilarang Ngatur!”
Ungkapan tersebut sedang hangat dibahas oleh warga Indonesia, terutama di media sosial. Mengarah pada suatu batasan dalam hubungan di mana pihak pria tidak diperbolehkan untuk mengendalikan pasangannya apabila tidak berkontribusi secara finansial, pandangan “Selain Donatur, Dilarang Ngatur!” menjadi kontroversi di masyarakat.
Konsep ini serupa dengan pandangan lama bahwa dalam hubungan, pria diharapkan membawa kekayaan dan status sosial, sedangkan perempuan berkontribusi dengan kecantikan mereka. Perspektif ini tercermin dalam kutipan berikut dari Marilyn Monroe:
“Don’t you know that a man being rich is like a girl being pretty? You wouldn’t marry a girl just because she’s pretty, but my goodness, doesn’t it help?”
Kutipan tersebut membahas mengenai pandangan masyarakat yang mana seorang laki-laki membawakan kekayaan atau status sosial dalam hubungan sedangkan perempuan berkontribusi dalam bentuk kecantikannya. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin laki-laki yang kaya dan berstatus sosial tinggi merupakan dambaan para perempuan, sedangkan laki-laki menginginkan perempuan yang cantik. Padahal kenyataannya uang dan penampilan bukanlah suatu hal yang esensial dalam hubungan. Justru di hubungan yang sehat memiliki rasa saling menghormati, menghargai, dan bersama-sama berupaya untuk mencapai tujuan bersama.
Namun, apakah benar bahwa uang dan penampilan adalah faktor utama dalam hubungan? Sebuah survei oleh Pew Research Center (2015) menemukan bahwa 58% perempuan menganggap stabilitas finansial merupakan faktor yang penting dalam hubungan, tetapi 78% diantaranya menekankan pentingnya sifat keterbukaan dan rasa hormat. Tidak semena-mena mementingkan penampilan atau daya tarik seorang perempuan, 62% laki-laki responden pun juga melaporkan bahwa perempuan yang memiliki ambisi dan tujuan karir lebih menarik dibandingkan yang hanya fokus pada penampilan fisik.
Pada akhirnya, hubungan yang sehat tidak hanya bertumpu pada faktor material atau fisik, melainkan pada komunikasi yang baik, kesetaraan dalam pengambilan keputusan, serta kesamaan nilai dan tujuan bersama. Oleh karena itu, membatasi peran pasangan hanya berdasarkan kontribusi finansial dapat menjadi cara pandang yang terlalu sempit dalam memahami kompleksitas sebuah hubungan.